Still Walking : Klasik Sekaligus Menyentuh

Saya hanya pernah sekali menonton film Hirokazu Koreeda, yaitu filmnya yang berjudul After The Strom. Jujur filmnya sangat dalam, semacam hening, sopan, tapi menampar dengan lembut. Namun karena saya jarang mengikuti perkembangan film Jepang jadinya tidak tahu dengan film-film Koreeda yang lainnya. Sampai beberapa hari yang lalu seorang teman menyarankan untuk menonton film Koreeda yang berjudul Still Walking. Still Walking bukanlah film baru, rilis di tahun 2008 tapi punya sesuatu yang menarik untuk dilihat. Ini seperti; ketika kalian menemukan film bagus dan kalian jadi bersemangat untuk mengajak orang-orang menontonnya juga.

Still Walking adalah film yang sederhana. Berkisah tentang keluarga yang berkumpul kembali di rumah orang tua mereka, kisah-kisah masa lalu pun menjadi dasar konflik yang ada, walaupun sejauh kita menyaksikan film ini tidak ada konflik yang benar-benar besar secara nyata. Tanpa konflik besar bukan berarti film ini membosankan dan jelek. Malah konflik-konflik kecil dan tipis yang dihadirkan film ini akan membuat penonton bertanya-tanya tentang pentingnya keluarga.

Sepertinya Koreeda memang punya gaya khas dalam penyutradaraannya, ia menggunakan gaya film Jepang klasik yang tidak menggebu-gebu, perwatakan karakter dikemas dengan sangat sopan dan rendah hati walau di balik itu semua ada sesuatu yang akan membuat penonton dikejutkan dengan letupan-letupan kecil.

Mandatory Credit: Photo by Arthur Mola/Invision/AP/REX/Shutterstock (9685971d) Director Hirokazu Kore-eda holds the Palme d’Or for the film ‘Shoplifters’ following the awards ceremony at the 71st international film festival, Cannes, southern France 2018 Awards Photo Call, Cannes, France – 19 May 2018

Still Walking memotret kejadian singkat pada suatu hari hingga malam di dalam sebuah rumah di kota kecil tepi laut. Keluarga Yokoyama setiap tahun akan berkumpul untuk memperingati kematian putra sulung yang tenggelam 15 tahun lalu. Sekilas memang terdengar menyedihkan, namun unsur melodrama di film ini tidak disampaikan dengan adegan air mata, film ini mengambil perasaan penonton lewat nuansa yang dibangun baik dalam dialog lucu dan dalam.

Kehilangan anak yang sangat disayangi menjadi lubang besar di keluarga Yokoyama, dan hingga kapan pun lubang itu akan selalu ada, mungkin itu juga alasan mengapa mereka terus berkumpul untuk memperingatinya setiap tahun. Ditambah lagi setiap tahun sang Ibu selalu mengundang teman anaknya yang menurutnya bertanggungjawab atas kematian itu.

Sekali lagi film ini bertutur dengan sopan, jadi tidak ada kemarahan yang disampaikan secara gamblang, tapi setiap kali dialog bergerak menuju pengungkapan apa yang terjadi, emosi penonton mengalir penuh pemahaman. Diibaratkan film ini coba membekukan sungai menjadi lapisan es yang rata, tapi dengan arus deras di bawahnya. Dan setiap kali penonton masuk ke dalam arus itu, setiap kali itu juga perasaan nestapa keluarga Yokoyama menjadi perih di dada penonton.

Judul Still Walking (original judulnya: Aruitemo aruitemo) diambil dari lirik lagu Arumi Ishida berjudul Blue Light Yokohama yang ternyata punya emosi tersendiri bagi salah satu karakter di film ini. Saya rasa film ini punya keterikatan sentimental dengan sutradaranya. Naskahnya ditulis oleh Koreeda sendiri dan melihat latar belakang kisah hidup Koreeda, tidak heran jika emosi terpendam dalam film ini sangat mencerminkan kepribadiannya yang demikian.

Jika kalian suka dengan film keluarga yang sederhana, ini adalah pilihan yang sangat tepat, film melankolis namun tidak akan sampai membuat kalian meneteskan air mata, sebab bagaimanapun setiap karakter di film ini terus berusaha menjadi tegar. Dan begitulah kehidupan, apapun yang terjadi, sedih, gembira, kita harus tetap bergerak “Still Walking”. Dan kalimat yang diucapkan oleh  Yukari kepada anaknya “Even when they die, people don’t really go away. Your father’s here, right inside you” menyiratkan bahwa seumur hidup kisah sedih kita di masa lalu itu akan selalu kita bawa kemana pun kita pergi.

Untuk menutup review kali ini saya ingin menyimpulkan keseluruhan dari film ini dalam sebuah kalimat singkat; bahwa tidak ada kehidupan tanpa kematian, dan tidak ada cinta tanpa kehilangan.[]

Sumber gambar: Imdb

Pencinta film yang suka menulis dan menggambar. Karya ilustrasinya bisa kalian temukan di instagram @loganuesjr
Posts created 28

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top