Rawa Market, dari Cosplayer Jepang hingga Tukang Cukur

Akhir pekan lalu saya berkesempatan mendatangi Rawa Market. Sebelumnya, kami memang telah diminta oleh penyelenggara untuk ‘meliput’ event mereka. Di sela-sela kegiatan pelatihan jurnalistik yang sedang saya jalani juga saat itu, saya mendatangi kegiatan itu di malam terakhir.

Sebelumnya, Rumah Rawa kadang menjadi tempat nongkrong saya bersama beberapa teman. Berlokasi di sebuah kawasan gang kecil di daerah Pramuka, kedai kopi ini menawarkan kesan yang berbeda. Tempat yang disebut ‘kedai’ pun sebenarnya adalah sebuah rumah panggung yang berada di atas rawa.

Pengurus kedai pun akhirnya memutuskan untuk membuat sebuah kegiatan pameran yang bernama Rawa Market ini. Saya datang dengan ekspektasi sederhana; bahwa kegiatan ini pasti akan sangat menyenangkan.

Namun, Rawa Market ternyata melebihi ekspektasi saya. Saya tidak tahu bagaimana mendeskripsikan pameran ini. Lapak baca, live illustration, cosplayer Jepang yang berjalan bagaikan berada di atas catwalk, hingga tukang cukur dan pembaca tarot berada di satu tempat yang sama.

Cosplayer Jepang di tengah keriuhan Rawa Market.
Bongy, seorang pembaca Tarot yang ikut meramaikan Rawa Market.

Selang mengambil beberapa foto, saya langsung mendatangi Theo Nugraha, salah satu penyelenggara Rawa Market. Pertanyaan saya sederhana; acara macam apa ini?

Ia kemudian memaparkan, bahwa Rawa Market ingin memotret fenomena skena kreatif di Samarinda. Kegiatan ini ia rancang bersama dua teman lainnya yang bernama Fathurrahman dan seseorang yang ia sebut sebagai L. Ide awalnya adalah menciptakan kolaborasi yang sifatnya cross-over. Dalam kolaborasi tersebut, ia menolak sekat-sekat antara satu pelaku kreatif dengan yang lain.

“Kenapa enggak, mengundang musisi J-Pop? Kenapa harus musik indie terus?” Cecarnya. Ia merasa, di Samarinda kadang ada batas-batas yang sebenarnya dibuat sendiri. Padahal masalah dasarnya hanyalah kurang berteman satu sama lain.

Selain menjadi penghubung antara satu skena kreatif dengan yang lain, ia berharap Rawa Market juga menjadi ruang untuk usaha industri kreatif. Dimana satu bisnis bertemu jenis bisnis yang lain, termasuk pula para penikmatnya.

“Itu adalah skena yang sehat buat kami,” pungkasnya. Ia menegaskan, bahwa ia menolak jika Rawa Market ini disebut sebagai pop-up market. Rawa Market, ucapnya adalah experimental market.

Selepas bertemu Theo, saya juga menemui Hasbi, seorang ilustrator yang juga merupakan kawan saya. Ia menyebutkan, keragaman seperti ini belum pernah ia temukan sebelumnya.

“Biasanya sibuk dengan segmen masing-masing,” sebutnya. Namun, di tempat ini ia melihat kehadiran pasar yang berbeda-beda. Ia sendiri telah mendapatkan banyak klien yang telah memesan ilustrasi yang ia gambar langsung di tempat.

Setelah mengobrol bersama saya, Hasbi a.k.a Sungokong melanjutkan kegiatan live illustration.

Usai bertemu Theo dan Hasbi, membuat saya merenung (halah). Di Rawa Market ini, berbagai jenis orang berkumpul. Mulai dari wibu hingga anak indie, selain menemukan sesuatu yang biasa mereka cari, juga akan mendapatkan hal-hal yang berbeda. Melihat lapak baca Menuju Rubanah, seorang wibu kemudian mungkin akan tertarik membaca buku puisi Joko Pinurbo. Begitu pula sebaliknya, ‘si paling indie’ dan ‘si paling sastra’ mungkin akan terkesima melihat action figure Anya Forger dari Spy X Family.

Selain itu, Rawa Market dapat menjadi ajang silaturrahmi bagi satu sama lain. Di luar ruang ini, mereka biasa berkumpul di tongkrongan yang berbeda-beda. Namun, di ruang ini tongkrongan mereka disatukan dan mereka dapat bertemu dan bercengkerama satu sama lain.  Bahkan mungkin berkenalan orang-orang baru dengan perspektif yang jauh berbeda di tempat mereka biasa berkumpul.

Singkat kata, bagi saya pribadi, selain mendukung bisnis kreatif dengan mengumpulkan berbagai segmen pasar di tempat yang sama, Rawa Market juga menghadirkan ruang kreatif tanpa sekat—ruang kreatif tanpa echo chamber. Makna kreatif pun diperluas. Keberadaan tukang cukur hingga pembaca tarot seolah ingin menunjukkan bahwa sektor kreatif bukan itu-itu saja.

Sudut lain di Rawa Market.
Bohemian Barber, jasa cukur rambut yang ikut meramaikan acara.
lapak baca Menuju Rubanah.
Anya Forger adalah kunci!

Di perjalanan pulang menuju tempat saya memarkir motor, saya mendatangi sepasang pengunjung. Nama mereka Hatian dan Esti. Apa harapan mereka terhadap acara ini ke depannya?

“Harapannya sih semoga dapat menjadi acara reguler dan bisa menjadi lebih besar dari sekarang,” ucap mereka. Saya setuju dengan pernyataan yang pertama, namun tidak dengan yang kedua. Acara ini memang harus rutin, namun ia juga harus tetap intim. Ruang kecil yang tak begitu luas seperti Rumah Rawa lah yang akan menciptakan keintiman itu.

Posts created 32

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top