Naoki Urasawa : Mujirushi – Sebuah SHEEH yang Zansu!!

Melihat nama Urasawa di deretan rak komik sebuah toko buku sudah cukup membuat saya bersemangat untuk membelinya. Jaminan kualitas yang ditawarkan komik-komik Urasawa tentu membuat saya tanpa ragu untuk membeli karyanya yang satu ini. Kali pertama saya tahu tentang karya Urasawa ialah lewat komiknya yang berjudul Monster. Dari perasaan yang sangat berkesan setelah membaca Monster lah, saya tidak bisa melewatkan karya Urasawa lainnya seperti seri 20th Century Boys dan Pluto.

Mujirushi The Sign of Dreams memang masih membawa nuansa khas Urasawa yang mudah dikenali, namun cukup sulit memang jika Urasawa harus membuat sesuatu yang bagus dalam 1 komik singkat yang super padat, celakanya lagi ia harus menggunakan karakter paling aneh dari komik klasik Osomatsu-Kun karya Fujio Akatsuka. Bayangkan saja; Urasawa harus membuat kisah yang super mewah dengan latar belakang museum seni paling bergengsi di dunia tapi dengan salah satu karakter paling “sampah” yang super keterlaluan. Yeah, saya memang terlalu banyak menggunakan kata “super”, tapi memang demikian lah adanya.

(Naoki Urasawa) sumber gambar: https://www.nippon.com/

Berkisah tentang seorang pria sial yang mudah ditipu, bersama anaknya yang periang dan bersemangat. Konflik awal yang dihadirkan sangat banyak; mulai dari kesialan usaha yang bangkrut, kena tipu, terjerat hutang dan ditinggalkan oleh istri, coba dijelaskan dalam beberapa halaman saja. Ini terasa berlari dan melarang pembaca untuk mengambil nafas apalagi mencernanya dengan benar, bahkan saking singkatnya jeda petunjuk waktu atas kejadian itu pun dibuat tidak bersekat. Dalam 1 halaman, kejadian bisa berubah hanya lewat antar panel yang bersebelahan. Saya coba memahami hal ini, karena ini hanya 1 komik singkat tapi dengan banyak fitur yang harus segera disampaikan pada pembacanya.

Membaca karya Urasawa tentu harus memahami bahwa apa pun yang ditampilkan, pembaca  harus moving on, karena pada akhirnya semua panel-panel yang terasa janggal itu akan diperjelas di bagian-bagian tertentu agar cerita menjadi utuh. Namun jika dibandingkan dengan karya Urasawa yang lain, tetap saja Mujirushi terasa diringkas semaksimal mungkin. Saya membayangkan; di draf-draf awal pasti semua kejadian itu ditulis dengan lengkap. Tapi apalah daya; layaknya sebuah film, durasi adalah hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja, apalagi ini hanya 1 volume buku komik.

Mencapai tengah cerita saya mulai merasa panik, karena di tengah inilah karakter paling “sampah” hadir mendominasi semua panel, menjelaskan apa yang harus dilakukan karakter utamanya. Dan di bagian tengah, semua yang awalnya terasa begitu cepat jadi melambat, kisah-kisah absurd mulai bermunculan, seabsurd pose SHEEH dan kalimat Zansu yang terus berulang-ulang. Penjelasan yang sangat panjang di tengah ini membuat halaman yang tersisa semakin sedikit, dan petualangan seru yang ditunggu semakin menipis. Saya takut Urasawa gagal memberikan ketegangan di bagian akhir, takut ceritanya menjadi timpang dan tanpa klimaks.

(Salah satu panel dalam komik Mujirushi) Sumber gambar : https://www.koi-nya.net/

Memasuki babak akhir saya baru merasakan inilah bagian yang sangat Urasawa, karakter memesona yang ditunggu hadir walau terlambat, dan karena halaman yang tersisa sangat tipis, adegan paling genting pun menjadi sangat cepat dan berjalan kurang memuaskan. Sebagai pembaca tentu saya berharap keepikan Monster yang mendebarkan, 20th Century Boy yang menggali rasa penasaran, dan aksi hebat di Pluto, akan muncul di babak akhir Mujirushi. Tapi apalah daya semua harapan saya itu sirna karena setelah bagian paling krusial berlalu, saya terasa patah semangat untuk lanjut menyelesaikan babak penutupnya.

Dengan enggan saya membaca bagian penutup, dan disinilah Urasawa memberikan pemahaman yang memaksa saya untuk menyebut karya ini adalah karya yang bagus jika dipandang dengan semua keutuhannya. Babak penutup sama sekali tidak mengecewakan. Romantisme yang dihadirkan berhasil menutupi adegan-adegan yang saya harapkan lebih di awal tadi. Ternyata Mujirushi memang “batu” yang berbeda dari karya Urasawa sebelumnya, dan ini benar-benar membuat saya merasa kagum sekaligus puas, hanyut dalam melankolis cerita yang dalam walau dengan karakter yang “sampah”.

“Laovre Zansu!” SHEEH….

NB: Komik ini hanya terdiri dari 2 volume yang di jilid jadi 1 untuk versi Indonesianya, komiknya bisa kalian dapatkan di Gramedia

Pencinta film yang suka menulis dan menggambar. Karya ilustrasinya bisa kalian temukan di instagram @loganuesjr
Posts created 28

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top