Membaca Pangeran Kecil Sekali Lagi

Saya lebih senang menyebutnya Pangeran Kecil dibandingkan Pangeran Cilik yang menjadi judul buku tersebut dalam versi bahasa Indonesia terbitan Gramedia Pustaka Utama dan diterjemahkan oleh Henri Chambert-Loire. Alasannya agak bias, sebenarnya; konotasi saya terhadap kata ‘cilik’ agak terpengaruh seringnya mendengar kata itu dipakai untuk menyebut ‘da’i cilik’ atau ‘penyanyi cilik’ membuat kata Pangeran Cilik agak terdengar aneh buat saya—walaupun mungkin sebenarnya secara tata bahasa kata itu lebih tepat. 

Buku Pangeran Kecil sendiri merupakan salah satu buku terfavorit saya sepanjang saya hidup, di samping Sapiens, The Prophet karya Kahlil Gibran dan buku-buku Haruki Murakami. Perkenalan saya terhadap buku itu sendiri pertama kali terjadi saat saya mengenal Banda Neira, duo musisi indie folk Indonesia yang kini telah bubar. Pangeran Kecil merupakan buku yang bisa dibilang menyatukan Rara Sekar dan Ananda Badudu, dimana mereka bahkan sampai membuat satu lagu persembahan terhadap buku tersebut di album kedua mereka. 

A picture containing guitar

Description automatically generated

Beberapa hari yang lalu, saya memutuskan untuk membaca buku itu lagi. Selain rindu, saya selalu percaya bahwa kadang kita perlu membaca buku berulang-ulang dalam rentang waktu yang berbeda—karena seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pengalaman hidup, pemahaman kita akan buku tersebut mungkin akan berbeda.

Terakhir saya membaca buku Pangeran Kecil adalah sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu, dan benar saja, membacanya sekarang memunculkan pemahaman, atau mungkin lebih tepat jika disebut perspektif baru dalam membaca buku ini. 

Pertama kali saya membaca Pangeran Kecil, saya merasa bahwa buku ini adalah sinisme terhadap orang-orang dewasa. Orang-orang dewasa yang konyol, orang-orang dewasa yang dipenuhi angka-angka, orang-orang dewasa yang memiliki ego yang tinggi, orang-orang dewasa yang monoton, orang-orang dewasa yang tidak bisa dimengerti.

Membacanya lagi, saya justru merasa bahwa kisah Pangeran Kecil adalah kisah seorang yang frustasi. Pertemuannya dengan karakter-karakter di berbagai planet yang menjadi metafora dan alegori terhadap orang-orang dewasa sendiri berawal dari dirinya yang memutuskan kabur dari The Rose, sekuntum bunga mawar yang menjadi satu-satunya temannya di planet tempat ia tinggal (saya menghindari menyebutnya Mawar karena konotasi buruk terhadap nama itu yang selama ini diberikan koran-koran kriminal).

The Rose sendiri, menurut saya lebih dari metafora terhadap apa yang kita sebut sebagai cinta. Lebih-lebih, saya melihatnya sebagai metafora sebuah tanggung jawab, seperti saat dimana The Rose meminta Pangeran Kecil untuk melindunginya dengan menaruh penyekat kaca di sekeliling dirinya.

Maka garis besarnya adalah; Pangeran Kecil pergi dengan kekesalan terhadap dirinya sendiri yang kabur akan tanggung jawab, namun saat mencoba mencari jawabannya dari orang-orang dewasa, ia justru tidak menemukan jawaban yang ia cari. Ia frustasi terhadap  dirinya sendiri, tapi orang-orang dewasa yang ia temui pun tidak menjawab rasa frustasinya. 

Saya kemudian teringat terhadap cerita seorang teman pertengahan tahun lalu; ia berkata kepada saya, bahwa ia sudah lelah dan tidak mengerti lagi atas apa yang ayahnya lakukan dalam pekerjaannya di pemerintahan, namun ia juga kesal dan tidak mengerti mengapa ia bisa membuat kesalahan terhadap pasangannya yang memiliki masalah kesehatan mental yang membuat pasangannya itu sangat sedih dan kecewa hingga hubungan mereka berakhir. Di satu sisi, ia tidak tahu apakah ia bisa memaafkan ayahnya, dan di sisi lain ia tahu bahwa ia juga mungkin tidak bisa memaafkan dirinya sendiri.

Sejak saat itu pun saya menemukan dirinya sering melamun dan seperti orang linglung, hingga kemudian pada suatu hari, seperti Pangeran Kecil, ia memutuskan untuk ‘kabur’, dengan menelan belasan obat tidur keras yang dibelinya di sebuah apotik.

Sebuah usaha untuk pergi yang kemudian menjadi percobaan bunuh diri yang gagal. 

***

Kehidupan Antoine de Saint-Exupéry, penulis buku Pangeran Kecil berakhir saat dirinya menerbangkan pesawat militer (ia merupakan bagian dari militer Prancis di Perang Dunia Kedua), saat itu pesawat yang diterbangkannya menghilang dan tidak pernah kembali.

Saya kemudian berpikir, apakah dia kemudian terjatuh kembali di gurun antah berantah tempat ia bertemu Pangeran Kecil, atau mungkin justru terbang jauh ke planet tempat Pangeran Kecil tinggal, dan menemui dirinya yang kini telah kembali bersama The Rose? 

Saya harap begitu.

Posts created 32

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top