LAMB : Ketika Kegilaan Diterima Sebagai Hal Normal

A24 memang punya koleksi film yang unik, dan untuk tahun ini film Lamb merupakan salah satu yang saya nantikan, Ini adalah film panjang pertama Valdimar Johannsson’s sebagai sutradara. Nama Valdimar memang terdengar sangat asing, namun ternyata dia sering juga terlibat dalam film-film besar seperti The Tomorrow War (2021),Oblivin (2013), dan Rogue One: A Star Wars Story (2016). Dia biasanya berada di devisi special Effects dan kamera.

Di bagian awal film, diperlihatkan pemandangan indah khas pedesaan Islandia yang dingin, sepi, dan berkabut. Keindahan yang ditampilkan perlahan membuat penonton terintimidasi oleh perasaan terasing, dan aneh. Semakin lama keanehan lingkungan sekitar semakin menjadi-jadi, lalu kita diperkenalkan pada pasangan suami istri yang tinggal disana dan sekaligus menjadi sentral certia film ini.

Gaya pengambilan gambar yang dilakukan oleh Valdimar menciptakan sinematografi yang indah tapi juga mengerikan di saat bersamaan. Seolah kesatuan semua gambar yang ditampilkan menciptakan optikal efek serta ilusi yang terkadang membuat penonton sulit membedakan ketepatan tata letak sebuah objek. Suasana phantasmagorical ini mencoba membingkai keseharian sepasang petani yang hidup bersama domba-domba. Dan perjalanan kisah absurd pun dimulai saat seekor domba lahir serta membuat perubahan besar dalam emosi pasangan yang sedang mengalami fase tergelap dalam hidup mereka.

Lamb terbagi dalam 3 babak yang menandai puncak setiap kejadian. Babak kelahiran adalah babak yang banyak dihabiskan dengan adegan sepi minim dialog. Seolah film ini terus mencoba menyebar keanehan disetiap adegannya. Bayangkan saja, bahkan seekor anjing dan kucing peliharaan pasangan petani tadi tampil bagai kebingung dalam menghadapi situasi yang semakin hari semakin aneh. Saat kamera menangkap anjing atau kucing tadi, seolah kedua binatang itu sedang menyadari bahwa ada hal yang salah terjadi disekitar mereka. Tatapan kawanan domba yang gelap sekaligus alami juga sering diperlihatkan dengan jarak yang sangat dekat, seolah ada sesuatu yang mengancam mereka di balik kamera.

Mencapai akhir babak pertama, asumsi penonton coba digiring pada kenyataan yang secara akal sehat itu mustahil terjadi, hingga visual mencengangkan pun berhasil ditampilkan secara alami tanpa perlu terlihat sangat penting. Dan ketika asumsi ide-ide yang disebar itu menjadi nyata di mata penonton, pertanyaan berikutnya pun langsung menghantui pikiran. Apa sebenanrya anak kambing itu? mengapa pasangan petani tadi memaklumi kejadian aneh dan menganggapnya  normal? Ini mengingatkan saya pada tipikal manusia yang terasing dan tersesat. Saat manusia merasa terasingkan atau tersesat, hal terabsurd sekali pun akan mereka terima sebagai berkah yang bisa menolong mereka dari perasaan frustasi.

Pengaturan plot cerita pun sama anehnya , pembatas antara kenangan tragedi di masa lalu dan masa yang sedang berlansung tidak mempunyai sekat yang jelas, namun hal itu tidak membuat penonton sulit untuk menarik kesimpulan apa yang sebenarnya terjadi pada pasangan petani itu sebelum kelahiran anak domba. Film ini juga cukup banyak bicara soal rasa kecintaan, terkadang cinta tidak perlu penjelasan yang gamblang, namun ini juga bisa menjadi senjata mematikan. Sebab seperti kata pepatah, orang yang jatuh cinta tidak akan pernah tahu apa yang terbaik buat dirinya, oleh karena itu sering juga cinta dimaknai sebagai kebutaan.

Hubungan natural antara orang tua kepada anak juga banyak dibahas dalam film ini. Rasa takut kehilangan, keinginan agar anak bisa mendapatkan yang terbaik, dan juga pengorbanan yang sering kali dilakukan orang tua untuk anak ditampilkan sangat lembut serta dalam. Sampai pada akhir cerita sebuah kejutan yang tidak terduga hadir dengan pemahaman bahwa cerita film ini didasari atas sesuatu yang lebih dari sekedar hal absurd.

Lamb memang bukan film yang cocok untuk semua orang. Gayanya yang slow-burn tentu akan membuat sebagian penonton yang tidak terbiasa dengan alur seperti ini merasa sangat bosan. Belum lagi keutuhan cerita film ini dibangun dengan dialog-dialog yang menyerupai kiasan, sehingga jika kalian terlewat sedikit bagian saja, akan ada beberapa hal yang sangat membingungkan.

Sumber gambar: IMdb

Pencinta film yang suka menulis dan menggambar. Karya ilustrasinya bisa kalian temukan di instagram @loganuesjr
Posts created 28

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Begin typing your search term above and press enter to search. Press ESC to cancel.

Back To Top